Indonesia dan Australia meneliti penyediaan listrik untuk masyarakat terpencil dan untuk mengembangkan kota-kota
Para peneliti bersedia untuk diwawancarai dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Mengumumkan portofolio proyek penelitian:
- Penyediaan energi berkelanjutan bagi masyarakat terpencil.
- Peningkatan keterandalan listrik perkotaan di Indonesia.
- Membimbing Indonesia yang sedang meningkatkan kapasitas pembangkit listrik sebesar 70 persen.
- Membantu Australia melaksanakan dekarbonisasi/beralih dari batu bara.
- Uji coba di Kalimantan dan Kei Besar (di luar Papua Barat).
Hari ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI, Sudirman Said akan membuka pusat energi bersih Indonesia Clean Energy Centre of Excellence di Bali. Australia akan menjadi mitra penting dalam kegiatan lembaga itu.
Untuk mendukung hal tersebut, Australia-Indonesia Centre mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman dan dimulainya sejumlah proyek penelitian untuk mendukung pengembangan energi berkelanjutan di kedua negara.
Proyek penelitian mencakup:
- Solusi tingkat lokal dengan menilai, membuat model, dan menguji jaringan listrik mikro.
- Solusi tingkat nasional dengan membuat model jaringan nasional, mengevaluasi opsi bahan bakar masa depan, dan menelusuri kerangka kerja kebijakan dan peraturan yang dibutuhkan.
Indonesia membutuhkan energi guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang diharapkan masyarakatnya. Kapasitas pembangkit listrik saat ini adalah sebesar 50 GW dan direncanakan mencapai 85 GW pada tahun 2019, atau ditargetkan meningkat 70 persen. Sebaliknya, konsumsi energi di Australia rata-rata menurun selama tujuh tahun terakhir, dan Australia tengah menghadapi tantangan menerapkan ‘dekarbonisasi’ pembangkit listrik nasional yang berkapasitas 65 GW – setengahnya dihasilkan oleh pembangkit bertenaga batu bara yang ada sejak dahulu.
Pasokan listrik yang andal juga merupakan kunci untuk membuka potensi masyarakat terpencil di kedua negara: dari pulau-pulau di Indonesia dan masyarakat pedalaman Australia, sampai lokasi tambang terpencil. Hal ini merupakan tantangan besar, mengingat lebih dari 65 juta penduduk Indonesia belum terhubung dengan jaringan listrik.
“Melalui nota kesepahaman dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kami dapat melakukan penelitian mengenai tantangan-tantangan ini,” kata Paul Ramadge, Direktur Australia Indonesia Centre.
Informasi selanjutnya mengenai portofolio penelitian kelompok energi ada di: http://australiaindonesiacentre.org/research/research-projects
Siaran pers mengenai Uji Coba di Kalimantan dan Kai Besar ada di: www.scienceinpublic.com.au/media-releases/power2
Kontak Media:
- Kevin Evans (Australia Indonesia Centre, in Indonesia); kevin.evans@monash.edu; +62 811 991 6434
- Andrew Tijs (Australia Indonesia Centre, in Australia); andrew.tijs@monash.edu; +61 405 278 298
- Lydia Hales (Science in Public, in Australia); lydia@scienceinpublic.com.au; +61 457 854 515
Keperluan Wawancara:
- Professor Pujo Semedi (Indonesia); pujosemedi@ugm.ac.id; +620274-513096, ext. 123
- Paul Ramadge (Director of the Australia Indonesia Centre, in Australia); +61 (3) 9905 0302